Lahir di Jayapura. TK di Semarang. SD di Purwokerto. SMP di Jember. Kuliah di Surabaya. Saya juga pernah merasakan tinggal di
Tahun 2001 saya ditawari teman
“Hey Di… Mau nggak gantiin praktekku di
“Wuiiihh…. Mau dong”
2 hari kemudian saya pergi ke
Setelah 2 bulan kerja disana saya pulang ke
“Lho Di… Mana oleh-oleh buat Mama ???”
Aku cuma tersenyum saja
Di rumah, adik saya, Sari, rupanya memperhatikan perubahan di diri saya.
”Kakak kenapa? Kok diem aja”
Setelah didesak aku baru mengaku
“Aku gagal merantau.Tidak punya uang”
“Kok bisa?? Di Jakarta khan kerja”
“Emang kerja. Berangkat pagi pulang malam. Tapi gimana mau punya uang. Pasiennya tidak ada sama sekali. Bayangkan 2 bulan sama sekali tidak ada pasien. Jadi aku hidup dari uang tabungan aja.”
Sari pun terdiam merasakan kesedihanku
Bulan Syawal aku bertekad kembali ke
Sampai di Jakarta kutelepon teman-teman lama. Menyediakan diri menjadi dokter pengganti. Rata-rata mereka tanya “Kamu tinggal dimana ? Nanti kucarikan yang dekat rumahmu.”
“Aku dimana saja siap”
Namanya perantau = Pejuang Kehidupan
Alhasil saya praktek di 6 tempat sekaligus. Dalam sehari bisa praktek di 3 tempat yang berjauhan. Pagi, siang, malam full. Di atas ada foto kartu nama. Karena tempatnya tidak cukup jadi cuma 4 praktek aja yang ditampilkan. Itu juga jadinya kecil-kecil.Ada teman dari UI yang protes “Ini anak UNAIR praktek dimana-mana. Emangnya orang
“Sirik aja lu. Makanya usaha”
Makna yang saya ambil bahwa kalau kita yakin BISA melakukan sesuatu, Allah SWT akan mewujudkannya.
Saat itu saya adalah HARD WORKER belum tau konsep SMART WORKER
Bener-bener TDB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar