Sabtu, 20 Oktober 2007

PENGUSAHA SURABAYA 1

Masih ingat dengan pak Bambang bos saya dulu. Pertama kali bertemu saya merasa kurang sreg dengan penampilannya.Baju biru lengan panjang dengan kumis seperti Asterix lebih mengingatkan saya dengan petugas PLN yang mencatat meteran di rumah. “Inikah bos saya ? Katanya bisnisman, tapi kok "kusam” Belum lagi sesekali dia menyedot ingus. Pilek tidak sembuh-sembuh.

Setelah sebulan saya bekerja dengan dia yang saya ingat sangat susah menemuinya. Pernah suatu kali saya ingin rapat untuk persiapan Konser FARIZ RM di Surabaya dan Malang.Dari siang saya hubungi jawabannya selalu belum bisa ketemu. Akhirnya hari itu saya bisa bertatap muka dengan dia. Itupun jam3 pagi. Memang kerja di dunia hiburan tidak mengenal kantor maupun jam kerja.Jam berapapun kita bisa kerja, dimanapun kita bisa kerja. Yang penting ada HP dan fax. Ketemu di warungpun jadi.

Pernah juga saya ketemu dengan dia di kantornya didaerah JemurSari. Darisana saya tau dia pemegang perusahaan pemasok Aspal Wilayah Jawa Timur dan Bali. Perusahaannya termasuk besar. Bisa dilihat dari jumlah kapal pengangkut Aspal, bahkan mereka punya pelabuhan sendiri di daerah Banyuwangi. Perusahaannya juga mengelola beberapa ruko yang terletak di suatu kawasan perkantoran. Selain itu juga menyewakan beberapa lapangan Tenis. Selain itu pak Bambang juga memegang perusahaan Pengembangan Perumahan. Banyak banget bisnisnya.

Pernah juga saya mau ketemu dia

”Oke pak sekarang saya menuju JemurSari”

“Saya tidak ada disana Di… Kamu kesini aja.Kantorku yang di Ngagel”

“Kantornya pindah pak?’

“Bukan ini kantor yang lain”

Waduh bisnis apalagi nih orang, batin saya

Setelah saya ke kantor Ngagel baru saya tau kalo pak Bambang mengelola Dana Pensiun karyawan.

“Dana yang saya pegang 12 Milyar per tahun Di… Kadang-kadang bingung juga mau diputerin buat apa ya”

Wuiiihh…..

Saya paling tidak suka kalo ketemu pak Bambang dikantornya. Kalo ketemu jam 11 memang benar saya sudah didepan mejanya jam 11. Ketemu beliau. Tapi bisa dipastikan dia sedang menelepon orang-orang. Bertransaksi. Tangan kanan pegang telpon, tangan kiri pegang HP. Belum lagi sesekali ngecek mesin fax. Alhasil jam 11 janji ketemu, perbincangan baru bisa dimulai jam12. Akhirnya saya bisa menyimpulkan kenapa pileknya tidak sembuh-sembuh. Dia WORKAHOLIC tapi tidak memperhatikan dirinya sendiri. Makan siang aja sekretarisnya yang mengingatkan. Di kemudian hari kalo ketemu dia saya lebih suka ketemu di luar.

Tidak ada komentar: